Cerita Pendakian Gunung Gede via Gunung Putri


Berselang beberapa bulan sejak pendakian pertama ke Gunung Prau, betapa excited-nya gue saat akan melakukan pendakian kedua.

Pendakian kali ini gue ke Gunung Gede, Jawa Barat. Kalo di pendakian pertama, gue naik bus, kali ini gue naik motor dari Bekasi. Total rombongan ada 4 motor. Kita berangkat jumat malam menuju basecamp Putri.

Pendakian kali ini ada gue, Abil, teh Yayah, Ridwan dan 3 temannya (Kevin, Wahid dan Septi).


Perjalanan yang cukup menguras tenaga dan membuat ngeri, bahkan sebelum pendakian yang sebenarnya. Jalan yang kita lalui ramai dengan truk besar, turunan dan tanjakan. Beberapa kali saat turunan, ada mobil dari arah sebaliknya yang mengambil jalan kita. Gue cukup kapok untuk gak mau lagi naik motor ke basecamp. Karena selain gue takut, betapa capek dan pegelnya kaki gue selama perjalanan –padahal bukan gue yang bawa motor.

Sampai di basecamp sekitar jam 1 atau 2 dini hari dan setelahnya gue langsung tidur sangat pulas ditemani sleeping bag yang udah disimpan rapih di tas. Sebelumnya gue gak terpikir sama sekali untuk menggunakan sleeping bag sebelum pendakian. Gue kira kita akan dapat ruangan seperti di basecamp prau yang pernah gue singgahi, ternyata kalau mau di dalam ruangan harus bayar lagi. Kita memilih diluar aja. Selain kedinginan tidur diluar, kita harus berbagi space sama pendaki lain yang lumayan banyak saat itu.

Esoknya setelah merapikan perlengkapan dan sarapan yang terlalu pagi, kita mulai pendakian sekitar jam 7 pagi. Ini alasannya kita gak nyewa ruangan, karena hanya singah beberapa jam. Kita start di pagi hari supaya nanti sampai di Surken nya gak terlalu sore atau kemaleman. Karena emang rata-rata perjalanan memakan waktu 7-8 jam. Panjang yaaa.

Sunrise pagi itu 

Alasan utama kenapa pilih jalur via Putri adalah karena jalur ini adalah jalur tercepat dibanding yang lainnya. Sejujurnya gue ingin coba trek via Cibodas yang bisa ketemu air panas, walaupun trek pasti sangat licin.



Awal trek adalah kebun warga, tapi langsung disuguhkan tanjakan yang kok lumayan menghabiskan tenaga ya? Ini baru permulaan loh. Tenang, ada sedikit bonus sih, dan saat itu gue masih bisa foto-foto dan ambil sedikit footage video. Lalu gue gagal fokus sama daun bawang yang subur-subur banget. Andai saat itu disana ada petaninya, gue akan tanya apa gue boleh minta beli. Karena kayanya enak banget deh masak telur dadar pakai daun bawang buat nanti di Surken.





Teh Yayah yang gak biasa makan sarapan merasa gak enak badan. Kita melipir walaupun baru sekitar 10-15 menit jalan. Udah agak panik kalo teh Yayah gak sanggup lanjut, pendakian kali ini bakal batal. Alhamdulillahnya, setelah beberapa lama istirahat, teh Yayah bisa melanjutkan pendakian.



Gue cukup enjoy dengan trek Putri ini karena rindang banget, banyak pohon-pohon. Walaupun siang gak terlalu terasa panas. Kalo capek bisa melipir dan bersandar di pohon. Mungkin ini salah satu kelebihan lain jalur Putri selain jadi trek yang tercepat.


Lama-lama trek via Putri ini pelit banget sama bonus. Trek nya terjal banget. Sering kali gue minta tolong yang lain untuk pegangin tangan pas gue mau naik. Saat-saat kaya gini, gue gak ada kepikiran sama sekali buat dokumentasi, karena lelah atur nafas lol. Trek kali ini bisa gue bilang mirip seperti trek Prau pos 2 dan pos 3 dengan durasi yang lebih panjang dan lebih pelit bonus kali ya, hehe.



Jalan, 5 menit kemudian istirahat, jalan, berhenti lagi buat minum, jalan, berhenti lagi buat lurusin kaki. Obviously! Trek nya emang panjang banget. Rasanya gak sampai-sampai –about to give up. Auto flashback trek prau dari pos 3 ke sunrise camp yang gak nyampe-nyampe. Hehe



Bahkan di salah satu pos –lupa pos berapa- kita berhenti cukup lama buat bikin minuman anget.


Sampai kalian liat spot kece ini, it means Surken sudah dekaatttt. 





Sampai di Surken sekitar jam setengah 4 sore. Kita menikmati cantiknya Surken yang berawan. Lalu foto-foto dan cari spot untuk bangun tenda sembari tunggu Ridwan dan Septi yang belum sampai. Cukup mudah untuk mencari spot karena di Surken luas banget. Saking luasnya kayanya bisa nampung ribuan tenda *cmiiw.
 









Kita bangun 2 tenda, ambil air dan masak. Ini pertama kalinya gue minum langsung dari sumber mata air di gunung. Rasanya, dingin dan segerrrr.



Pemandangan yang gak bisa dilewatin kalo lagi di gunung adalah bintangnya. Malam itu gue liat untuk beberapa saat bintang yang gak terhitung banyaknya. Gue mau mengabadikan tapi gak bisa karena belum ngerti caranya. Cukup gue rekam di memori otak gue aja.

Curhat sedikit, saat itu gue bisa kelewat bodoh karena cuma bawa satu jaket yang gak terlau tebal. Alhasil saat malam menuju dini hari gue bener-bener kedinginan kaya orang kejang-kejang. Padahal gue udah pakai sleeping bag.

Esoknya, kita putusin untuk gak naik ke puncak. Gue udah terlanjur gak mood karena inget kebodohan gue yang gak bawa jaket yang proper. Yang lain juga males, yaudah deh.



Setelah ambil beberapa foto di pagi hari, lensa kamera gue gak mau kebuka. Ini pasti gara-gara kedinginan semaleman gak gue simpan secara proper. Gue gak ada kepikiran sama sekali lensa kamera gue bakal rusak karena suhu ekstrem. Jujur, gue galau sampai beberapa minggu.

Perjalanan turun kembali diisi dengan drama lagi lol, gue masih takut untuk melangkah turun. Asli, masih takut jatuh dan gue emang susah buat ngerem lol. Dan tetep aja gue sering kali kepleset. Tapi untungnya Ridwan gandeng gue terus, untuk meminimalisir gue terpeleset –lagi. Baju dan celana gue udah kotor tak terkira oleh tanah lol.

Gue, Ridwan dan Septi jadi orang terakhir di rombongan yang sampai basecamp. Gue cukup salut sama ade gue dan teh Yayah yang bisa turun dengan cukup mulus *applause.



#WheretoHike


by Nanda FW

Share:

2 Comments

  1. Kereenn uri Joy.. 👏👍🙆🏻‍♀️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seulgi gomawo~~ makasih juga uda mampir ke blog kuuu❤️❤️❤️

      Delete